MALANG – Menjelang Idul Adha, RSI Asiyiyah Kota Malang (RSIA) kembali dengan agenda rutin NgoPi (Ngobrol Pintar) dengan tema yang menarik. Mengundang langsung Ahli Gizi RSIA Malang, Tiur Masitorini, S.Gz.RD, membahas penanganan daging hewan kurban mulai dari proses penyimpanan hingga cara pengolahan.
Tiur menyebutkan bahwa momen Idul Adha memang menjadi salah satu yang dinantikan oleh banyak orang terkhusus umat muslim. Karena pada momen tersebut akan dibagikan daging kurban baik itu sapi ataupun kambing. Namun masih banyak yang belum tahu tentang cara penanganannya yang benar agar tidak mengurangi nilai gizi.
Gizi yang terkandung di antara daging sapi dan kambing juga berbeda. Tiur menyebutkan bahwa daging sapi memiliki kalori, protein, lemak, dan kolestrol yang lebih tinggi daripada kambing. Sedangkan daging kambing memiliki zat besi yang lebih tinggi daripada sapi. Kandungan protein pada daging sapi dapat membantu proses pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh yang rusak. Sedangkan zat besi akan membantu produksi hemogoblin guna meningkatkan sistem imun tubuh.
“Meskipun enak tetap harus ada batasannya, sehingga dapat bermanfaat secara optimal dan tidak menimbulkan efek negatif ke tubuh kita” tegas Tiur, Kepala Instalasi Gizi RSI Aisyiyah Malang.
Sambung Tiur, untuk menjaga nilai gizi daging, harus melakukan proses penyimpanan yang benar. Tiur menyebutkan ada dua cara untuk menyimpan yaitu menggunakan Refrigerasi (cooler) dan Pembekuan (freezer). Cara refrigerasi hanya disarankan untuk penyimpanan waktu singkat dengan keuntungan rasa, tekstur, dan aroma daging masih fresh. Sedangkan pembekuan ditujukan untuk penyimpanan daging dalam jangka waktu lama (5-8 bulan). Untuk cara pembekuan Tiur menyarankan agar freezer tidak terlalu penuh dan jangan sering dibuka dan ditutup.
Menjadi penting untuk diperhatikan bagaimana kondisi daging saat diterima. Tiur menyampaikan bahwa terkadang ada yang mendapat daging dengan kondisi sudah bersih dan ada juga yang masih tercampur dengan jeroan. Ketika mendapat daging bersih maka bisa langsung disimpan. Sedangkan jika sebaliknya maka dicuci dan dipisah terlebih dahulu antara daging dan jeroan. Selanjutnya daging bisa dipisahkan dan dikemas sendiri-sendiri dengan kondisi sudah terpotong, dengan ukuran yang dikehendaki sesuai menu masakan. Hal tersebut akan mempermudah pengolahan kedepannya yang lebih efisien.
Daging yang beku bisa dicairkan (thawing) dengan empat cara. Pertama dengan menaruh daging ke refrigerator untuk penyesuaian suhu. Berikutnya dengan cara dikucuri air kecil mengalir. Ketiga dengan direndam di baskom yang airnya diganti setiap 30 menit sekali. Terakhir dengan memanaskannya di microwave secara singkat.
“Jangan thawing pada suhu ruangan dan ditinggal lama, maka akan membuat mikroorganisme berkembang biak” tambah Tiur mengingatkan.
Beralih ke yang terakhir yaitu sesi pengolahan daging. Menurut penjelasan Tiur, daging yang diolah terlalu lama dengan suhu yang tinggi maka akan mengurangi nilai gizi (protein terdenaturasi). Tiur menyarankan untuk memakai metode 5-30-7 yaitu merebus daging selama 5 menit dengan kondisi air mendidih dan panci tertutup. Selanjutnya matikan kompor dan tunggu selama 30 menit dengan kondisi daging tetap tertutup. Terakhir bisa dinyalakan kembali kompornya dan rebus lagi selama 7 menit. Metode tersebut akan membuat daging empuk dan menjaga nilai gizinya.
Tiur juga membagikan tips mengolah dagi bagi penderita Hipertensi. Pertama dengan memisahkan daging dengan lemak. Selanjutnya memilih sajian hidangan daging sesuai tinggi kalorinya. Disarankan untuk mengolah dalam bentuk sup karena bahan pelengkapnya tidak menambah kalori. Ketika menginginkan sajian lain (kandungan kalori dan lemak tinggi) seperti rendang, gulai, dan sate maka dibuat dalam porsi yang sedikit dan 1 kali makan.
“Bisa dibuat 1 kali makan jangan sampai dihangatkan lagi karena meningkatkan natriumnya.” Pungkas Tiur. (humas)
Leave a Reply