Sepenggal cerita, sebuah catatan perjalanan.
Pada tanggal 27-31 Januari 2015, 7 orang karyawan RSI Aisyiyah Malang diberangkatkan ke Singapura untuk mengikuti Training of Trainee (TOT) di Tan Tock Seng Hospital (TTSH), Singapura atas kerjasama Muhammadiyah dengan Temasek Foundation, Singapura. Selain dari Malang, peserta lain berasal dari jejaring Rumah Sakit Muhammadiyah di Gresik, Lamongan, Sepanjang, Ponorogo, Banyuwangi, Gombong, dan Jogjakarta. Selain itu juga terdapat peserta dari PMI dan kementrian kesehatan. Selama 3 hari peserta akan mendapatkan pelatihan BCLS dan ACLS, selain itu juga dilatih menjadi instruktur BCLS dan ACLS sehingga dapat menularkan ilmunya sekembalinya ke Indonesia.
27 Januari 2015
Pukul 6 di pagi yang cerah & sejuk itu seluruh anggota tim RSI Aisyiah Malang yang akan berangkat menuntut ilmu ke Singapura berkumpul. Terdiri dari 2 dokter & 5 perawat, kami adalah dr. Wibowo Artho S, dr. Rakhmawati Diyana, Novi Kartika Dewi, AmdKep, Casumi Rosalina, AmdKep, Puput Ahmad Muhharam, AmdKep, Noer Adzizah, AmdKep, dan Andi Fahmi, AmdKep. Ke-5 perawat adalah orang-orang terpilih yang telah mengikuti seleksi untuk mengikuti pelatihan BCLS ke negeri singa, sedangkan 2 dokter tersebut telah dipilih oleh RSI Aisyiyah Malang untuk mengikuti pelatihan ACLS pada program yang sama.
Pukul 6.45 kami berangkat ke bandara internasional Juanda. Alhamdulillah jalur malang-juanda tidak macet seperti yang kami khawatirkan, sehingga kami masih memiliki cukup banyak waktu sebelum check in. Pesawat kami dijadwalkan untuk take off menuju bandara internasional Changi, Singapura pada pukul 13.50. Kami menaiki pesawat JetStar AK248 rute Sub-Sin. Ada sekitar 50 orang dokter & perawat se-Jawa Timur & DI Yogyakarta yang mengikuti program pelatihan BCLS & ACLS kerjasama Muhammadiyah dengan Temasek Foundation ini, termasuk perwakilan dari PMI dan kementrian kesehatan RI.
Sekitar pukul 17.30 waktu Singapura kami mendarat di bandara Changi, langit masih sangat cerah karena terdapat perbedaan waktu 1 jam antara Indonesia bagian barat dan Singapura. Disambut oleh Ethel Kan, program manager dari Tan Tock Seng Hospital, kami langsung menuju hotel Ibis Singapore Novena dengan menaiki bus, perjalanan dari bandara Changi ke hotel membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Sesampainya di hotel kami segera melakukan bersih diri dan makan malam. Hotel kami terletak di Novena, sebuah kompleks kesehatan dimana ada beberapa pusat kesehatan seperti Tan Tock Seng Hospital -tempat kami akan mengikuti pelatihan esok hari-, Mount Elizabeth Novena Hospital, Ren Ci Hospital, dan Novena Medical Center. Selain itu juga terdapat beberapa hotel & apartemen, pusat perbelanjaan -square2, velocity-, dan stasiun MRT Novena.
Setelah makan malam kami kembali ke hotel untuk beristirahat menyiapkan tenaga & pikiran untuk pelatihan esok hari, karena jadwal pelatihan kami yang cukup padat.
28 Januari 2015
Subuh di Singapura adalah pukul 5.58. Sedangkan untuk jadwal hari pertama pelatihan ini kami diharuskan untuk berangkat ke Tan Tock Seng Hospital (TTSH) pada pukul 7 pagi. Jadilah kami sarapan di restoran hotel pada pukul 6 pagi yang masih gelap gulita. Pukul 7 tepat kami berangkat ke TTSH -masyarakat Singapura sangat tepat waktu, jadi bila kami terlambat 1 menit saja pasti akan tertinggal. Jarak dari hotel ke TTSH sebenarnya tidak terlalu jauh, bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Namun agar bisa datang tepat waktu & tidak terlambat, maka panitia menyediakan bus.
Sesampainya di TTSH kami disambut dengan ramah oleh para panitia, diajak berkeliling rumah sakit, menunjukkan bagaimana sistem & budaya kerja mereka. Setelah itu dimulailah acara pembukaan, sambutan-sambutan dari manajemen TTSH dan Temasek Foundation. Disajikan juga penampilan akustik dari karyawan TTSH yang menyajikan lagu Laskar Pelangi dan Bengawan Solo. Kemudian disajikan pula simulasi penanganan pasien henti jantung dengan BCLS.
Setelah acara pembukaan selesai, dilanjutkan dengan pelatihan BCLS. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok station untuk pelatihan BCLS, diantaranya One-man CPR (RJP satu orang), adult choking (penganan tersedak untuk dewasa), infant CPR (RJP bayi), infant choking (penanganan tersedak untuk bayi), dan penggunaan AED (Automatic External Deffibrillator). Pelatihan dilaksanakan secara aktif dengan melakukan praktik langsung. Setelah semua peserta melakukan praktik langsung, dilanjutkan dengan ujian praktik yang langsung dilaksanakan hari itu juga.
Acara hari pertama ini akhirnya dapat diselesaikan semua pada pukul 19.30 waktu Singapura. Selanjutnya kami makan malam dan kembali ke hotel. Beberapa diantara peserta memanfaatkan waktu luang di malam hari untuk berkeliling Singapura. Kawasan wisata belanja Orchard Rd. hanya berjarak 2 stasiun MRT dari Novena, bisa ditempuh dengan menaiki MRT selama sekitar 5menit dengan biaya tiket SGD 1,3.
29 Januari 2015
Pada hari kedua pelatihan ini acara dimulai lebih siang, kami berangkat ke TTSH pada pukul 8 pagi. Kali ini peserta dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok BCLS akan mengikuti pelatihan instruktur BCLS, sedangkan kelompok ACLS akan mengikuti pelatihan ACLS dan megacode.
Para peserta pelatihan BCLS akan diberi pelatihan bagaimana menjadi instruktur pelatihan BCLS yang baik. Hal ini penting agar sekembalinya ke Indonesia nanti para peserta ini dapat menularkan ilmu yang telah didapatkan di Singapura kepada rekan-rekan dan teman sejawat yang ada di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesinambungan ilmu dan pelatihan yang dilakukan. Harapannya adalah semua tenaga kesehatan dapat menguasai dan mengaplikasikan ilmu BCLS dengan baik. Tidak berhenti sampai di situ, lebih lanjut masyarakat awam pun diharapkan bisa menguasai dan mengaplikasikan ilmu BCLS sehingga pertolongan pada pasien henti jantung dapat dilakukan lebih awal.
Sedangkan peserta pelatihan ACLS akan mengikuti kuliah tentang ACLS, praktik langsung tentang ACLS, penggunaan deffibrillator, dan pace maker, serta praktik megacode yang mempraktikkan keseluruhan kasusmsecara holistik. Kuliah diberikan tentang penanganan Ventrikel Fibrilasi/Ventrikel Takikardi tanpa nadi, Asistole/PEA, Takikardi, dan Bradikardi. Dilanjutkan dengan cara penggunaan mesin deffibrillator sesuai masing-masing kebutuhan, kemudian simulasi kasus secara holistik dalam bentuk megacode.
Acara hari kedua ini diakhiri pada pukul 17 sore. Para peserta BCLS dapat menarik napas lega karena setelah hari kedua ini, materi pelatihan sudah sebagian besar terselesaikan sehingga dapat sedikit bersantai. Namun tidak demikian dengan para peserta ACLS, karena mereka harus mengikuti ujian megacode ACLS esok hari agar dapat lulus pelatihan ini. Sebagian peserta BCLS memanfaatkan waktu luang ini dengan berkeliling Singapura, namun para peserta ACLS harus berkutat dengan materi pelatihan yang akan diujikan besok, beberapa peserta juga berdiskusi hingga tengah malam untuk persiapan ujian megacode esok hari.
30 Januari 2015
Hari ini adalah hari terakhir pelatihan ini. Berangkat menuju TTSH pada pukul 8 pagi, para peserta BCLS menyelesaikan materi yang tersisa. Sementara para peserta ACLS mengikuti ujian megacode. Setelah mengikuti ujian ACLS, para peseta ACLS diberikan materi lagi tentang menjadi instruktur ACLS yang baik. Sama seperti para peserta BCLS, para peserta ACLS diharapkan dapat menularkan ilmu yang telah didapat di Singapura kepada para rekan dan teman sejawat di Indonesia.
Setelah menunaikan ibadah sholat jumat dan semua materi pelatihan diselesaikan, para peserta diajak untuk mengunjungi SIMTAC (Simulation and Integrated Medical Training Advancement Centre). Disana kami ditunjukkan berbagai fasilitas yang digunakan oleh TTSH untuk berbagai pelatihan bagi para karyawannya, baik dokter, perawat, tenaga paramedis lainnya, dan juga mahasiswa.
Pada hari terakhir pelatihan ini acara diakhiri lebih awal, yaitu pada pukul 16 sore. Panitia sengaja menyisihkan sebagian waktu di hari terakhir ini agar para peserta pelatihan dapat menggunakannya untuk berkeliling Singapura. Segera saja semua peserta berpencar sesuai tujuan masing-masing diantaranya Merlion Park, Universal Studio, Gardens by The Bay, Orchard Rd., Bugis Street, Marina Bay, Sentosa Island, dan lain-lain. Semua tujuan wisata itu bisa dicapai dengan menaiki MRT dengan jarak tempuh 5-20 menit dengan biaya tiket antara SGD 1-2.
31 Januari 2015
Saatnya kembali ke tanah air. Pada pukul 8.45 bus berangkat dari hotel menuju bandara internasional Changi. Pesawat kami dijadwalkan take off pada pukul 11.40. Cuaca cerah saat berada di bandara Changi, namun saat akan mendarat di Surabaya cuaca hujan deras, sehingga pesawat harus berputar-putar 2 kali sebelum akhirnya pilot mendaratkan pesawatnya. Alhamdulillah, lega rasanya sudah menyelesaikan perjalanan ini dan dapat kembali ke Indonesia dengan selamat.
Di bandara internasional Juanda para peserta berpisah, kembali ke kota masing-masing. Salam dan doa saling disampaikan. Rencana-rencana sudah tergambarkan di kepala masing-masing untuk dapat mengaplikasikan dan menularkan ilmu yang telah didapatkan di negeri singa kepada rekan dan teman sejawat di Indonesia.
Demikian pula dengan para peserta dari RSI Aisyiyah Malang. Kami kembali ke kota Malang dengan sejuta ide dan harapan. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari perjalanan kali ini. Semoga pelatihan BCLS dan ACLS kali ini dapat membawa manfaat bagi kami, rekan-rekan kami, pasien-pasien kami, RSI Aisyiyah Malang, dan masyarakat umum. Amin. (din)
Leave a Reply