Penulis : Nur Annisa I
“Ma…ma…,” begitulah dulu anakku memanggilku. Namanya Azmi, laki-laki, anak ketiga dari empat bersaudara. Di usianya yang hampir dua tahun, Azmi belum bisa berbicara lancar seperti mayoritas teman sebayanya. Berbeda dengan kedua kakaknya yang sudah lancar berbicara sejak usia dua tahun. Azmi saat itu hanya mampu menyebut “Ma” dan “Pa” yang ternyata itu adalah kata untuk memanggil semua orang atau benda. Ia terkadang menggunakan bahasa isyarat bila menginginkan sesuatu. Waktu itu saya mengira hal tersebut wajar, masih berprasangka baik dan yakin bahwa hanya masalah waktu Azmi akan segera lancar berbicara seperti teman-teman sebayanya.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Namun, dugaanku salah. Sampai beberapa bulan kemudian, Azmi tak kunjung menunjukkan perkembangan dalam bicaranya. Barulah saya sadar bahwa anak saya terlambat bicara. Saya mulai khawatir. Berbagai saran disampaikan oleh orang-orang, mulai dari saran tradisional hingga terapi ke klinik. Ada yang memberi saran untuk melancarkan bicaranya dengan mengerok lidah dengan cincin emas dan lain sebagainya. Di antara saran tersebut, yang paling logis bagi saya adalah membawanya periksa ke klinik.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Saya browsing tentang keterlambatan bicara pada anak. Namun browsing saja tentunya tidak cukup bila tidak konsultasi dengan ahlinya. Saya berusaha mencari informasi sebanyak-banyaknya melalui teman dan media sosial. Informasi demi informasi mulai saya dapatkan. Seorang teman yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan memberikan saran agar anak saya menjalani terapi wicara untuk mengejar keterlambatan bicara dan bahasanya.
Namun, yang hampir menyurutkan langkah saya adalah biaya terapi wicara yang ternyata lumayan mahal. Belum lagi terapinya harus melewati berbagai proses. Biaya mulai sekitar satu juta hingga tiga juta setiap bulannya. Ada kategori paket, ada yang dua kali kunjungan sampai delapan kali kunjungan. Ada juga biaya administrasi pendaftaran, skrining tumbuh kembang, konsultasi dokter anak, konsultasi psikolog, konsultasi dokter rehab medik, terapi wicara, dan lain sebagainya.
Seorang teman menyarankan agar saya membawa anak saya periksa di klinik tumbuh kembang RSI Aisyiyah Malang menggunakan JKN. Alhamdulillah saya sudah daftar sebagai peserta JKN sejak sekitar tahun 2018. Awalnya saya ragu, apakah benar dicover oleh JKN biaya semahal itu setiap bulannya? Lalu bagaimana alurnya? Berkas apa saja yang harus saya siapkan?
Beruntunglah saya dipertemukan dengan teman yang tepat. Teman saya menjelaskan alurnya pada saya, mulai dari minta rujukan dari faskes satu. Kemudian daftar ke klinik KIA-tumbuh kembang, untuk skrining dan konsultasi dengan dokter spesialis anak. Kemudian dari dokter anak akan diberi rujukan ke dokter rehab medik untuk di follow up oleh terapis wicaranya.
Saya jalani semua proses tersebut sesuai alur dan prosedurnya. Dokter mendiagnosis anak saya, speech delay. Saat itu saya merasa bersalah, mengapa terlambat menyadari tumbuh kembang anak saya. Sehingga “delay” pula terapinya. Ah, semua sudah terjadi, tidak ada gunanya penyesalan, saya ambil hikmahnya saja. Saya harus berjuang agar anak saya bisa mengejar ketertinggalannya. Alhamdulillah ternyata benar, semua dijamin oleh JKN tanpa ada tambahan biaya.
Sekitar dua tahun setengah berjalan, anak saya menjalani terapi wicara. Kini usianya menginjak lima tahun. Terapisnya sangat sabar mengajari Azmi. Perkembangan bicara dan bahasanya lambat laun mulai meningkat. Kini Azmi sudah bisa merangkai kalimat sederhana. Kata-kata cinta seorang anak spesial saya dengan speech delay. Pertama kali memanggil saya dengan kata “Bunda”, saya sampai terharu dan sangat bersyukur pada Yang Maha Kuasa. Semoga semakin bagus perkembangannya. Alhamdulillah, terimakasih kepada semua yang telah melayani dan memfasilitasi terapi anak saya. Terimakasih JKN-ku. Kini saya semakin mudah menjalani alur pendaftarannya. Dengan mendaftar ke faskes tingkat pertama untuk mendapatkan rujukan maupun mendaftar ke poliklinik semakin cepat, tanpa antri. Saya cukup download aplikasi Mobile JKN di ponsel, lalu mendaftar sesuai jadwal. Mudah dan simpel sekali. Tanpa perlu fotokopi berkas apapun.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Semoga teman-teman yang di anugerahi anak dengan kebutuhan spesial berupa speech delay bisa mengambil hikmah dari kisah saya.
Ketika anak speech delay,
jangan delay juga untuk terapinya.
Gunakan M-JKN untuk mempermudah akses layanan JKN.
Artikel ini adalah hasil karya Nur Annisa I, S.Kep.Ns (Perawat RSI Aisyiyah Malang) dan berhasil menjadi Juara 2 pada Kategori Umum-usia bebas.
Leave a Reply